Rabu, 22 November 2017

Rindu (Cerpen Malam)

Sudah hampir dua bulan aku berpisah sama Rina, saudara kembarku. Rindu. Aku rindu sama dia, jauh dibandingkan jika aku harus memilih rindu sama pacarku. Mungkin beberapa dari kalian menganggapku freak. Aneh atau semacamnya. Ngapain sih kangen sama sodara sendiri, sama ceweknya pula.

Ah, Rina. Dia yang begitu ceria, cuek gak pernah sakit hati kalau aku jahatin dia tapi yang paling pertama ada di sampingku kalau aku ada masalah.

Kisah terakhirku sama Rina waktu aku baru aja diputusin Galang. Aku masih inget banget Rina semaleman tidur di kamarku nenangin aku dan hebatnya dia bener-bener tenang saat aku bercucuran air mata.



Aku buru-buru ambil HP, kutelpon adik perempuanku itu. 
"Kamu dimana Rin? Aku kangen nih"

"Ah tumbenan, biasanya juga kamu jahatin aku suka nyuruh-nyuruh gak jelas kan?"

"Hahahaha iya sih. Itu juga kali ya yang bikin aku kangen. Gak seru nih kalau aku cuma nyuruh budhe tin"

"Yaudah makanya mandiri donk Ran. Udah gede juga masih aja manja. Pantes deh kalo si Galang mutusin"

"Rinaaaa..jahat banget sih nih anak. Kan aku jadi keingetan lagi sama dia. Yaudah ah, forget him! Eh btw kamu di Jakarta udah punya pacar belom sih?"

"Belom nih Ran. Cowok disini sok berkelas semua padahal juga tipis dompetnya, hahahha. Di kantorku nih ya barusan ada anak baru cowok. Seumuran sih sama kita, awalnya baik, cakep dan kayaknya perhatian gitu sama aku. Eh waktu udah mulai deket ternyata dia suka main tangan."

Malam itu kami habiskan waktu bercengkerama berdua menceritakan hidup kami masing-masing. Kami dibesarkan di Surabaya. Ibu kami meninggal waktu kami umur 10th. Ayah kami sudah menikah lagi dan istri barunya tinggal bersama kami. Sebenernya ibu baru kami ini baik dan sayang sama kami, cuma bagaimanapun juga terasa ada jarak dengannya. Akhirnya kami memilih untuk saling menguatkan berdua. Iya berdua saja. Rani dan Rina. 

Beginilah kami sekarang. Usia 23 tahun dan kami harus berpisah karena pekerjaan. Aku bekerja sebagai bankir, masih di Surabaya dan tinggal dengan orangtuaku. Rina harus merantau ke ibukota dan bekerja di dunia perfilman sesuai dengan cita-citanya.

Sehari-hari hiburanku bisa dibilang hanya teman-teman di kantor. Bankir adalah pekerjaan yang gak pernah ada dalam bayanganku. Setelah kujalani, aku harus berkutat dengan rutinitas, pulang malam, rajin ke customer, pakai make up dan segala keribetan lain yang sama sekali bukan passionku. Teman curhat setiaku sampai detik ini tetap Rina. She is my best. Always.

******************************************


Hari ini weekend. Aku masih gegulingan di kasur dan masih belum ada rencana mau ngapain. Cewek. 23 tahun. Kerja. Selalu cantik dan modis. Trus jomblo. Aaahhhh!!!!

Tiba-tiba ayah masuk ke kamar. Kupandangi dia yang berjalan mendekatiku. Aku tahu dia sayang sekali sama aku dan Rina. Dibalik kerja kerasnya untuk menghidupi kami, aku tahu dia lelah. Dia seorang ayah yang bertanggung jawab dan sangat menghargai pendapat orang lain. Walaupun kami jarang mengobrol dan bisa dibilang tidak terlalu dekat, tapi aku bisa merasakan betapa sayangnya dia. Anaknya hanya aku dan Rina. Istri barunya divonis untuk gak bisa punya keturunan. Tapi hebatnya dia tetap sayang sama istrinya. Ayahku juara!

"Ran. Kamu gak kemana-mana hari ini?" Tanyanya.

"Eh ayah. Nggak yah, mau tidur aja deh di rumah. Kenapa?"

"Ayah mau ngajak kamu jalan. Kayaknya udah lama banget sejak kamu masih SMA ayah ajak kamu sama Rina jalan." Dia tersenyum simpul.

Aku kaget. Kenapa bisa tiba-tiba ayah ngajak jalan. Aku pun mengangguk setuju. 
"Sekarang yah?" Tanyaku.

"Iya. Yuk kamu mandi buruan sarapan trus kita berangkat. Udah ditunggu ibu juga tuh."

Aku buru-buru bangun dari kasur dan bersiap-siap. Kenapa ayah tiba-tiba aneh yaa? Gak habis pikir juga sih.


******************************************

Ayah mengajakku dan ibu ke sebuah resto. Aku sendiri belum pernah tahu ada resto itu. Restonya kecil, nuansa yang ditawarkan adalah alam. Banyak air mancur disana. Kolam ikan, ada pepohonan berjajar rapi di sepanjang pintu masuk. Meja kursinya juga dari kayu. Di setiap meja ada bunga berwarna-warni. Bagus banget.

Kami memilih duduk di ujung dekat kolam ikan. Setelah selesai memesan, ayah tampak serius memandangiku. Disampingnya ada ibu yang tersenyum manis padaku.

"Ran, ada yang mau ayah sampaikan."

Aku diam menunggu.

"Sebelum ayah bilang, ayah mau kamu peluk dulu Rina. Kamu kangen kan?" Ayah berkedip dan menyuruhku untuk berbalik badan.

Aaahhhh Rinaaaa..dia berdiri tegap di belakangku. Tanpa pikir panjang aku teriak, berdiri dari kursi dan kupeluk dia erat sekali. Aku bisa merasakan degup jantung kami beradu. Ada rindu yang benar-benar gak bisa kami ungkapkan. 

Beberapa menit kami temu kangen. Rina duduk disebelahku dan tiba-tiba suasana berubah menjadi serius. Ayah kembali memandangiku. Kali ini kami. 

"Sebenernya ayah sengaja ngundang Rina untuk pulang hari ini. Ayah mau sampaikan sesuatu untuk kalian." Tatapannya tajam. Dia pandangi aku dan Rina bergantian. 

"Apa sih yah? Kok serius banget?" Rina nampaknya mulai penasaran.

"Ayah tahu, kalian sudah sangat hebat selama ini. Kalian besar tanpa ibu kandung kalian. Ayah sadar ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan ayah. Ayah kurang perhatian sama kalian. Tapi mungkin tanpa kalian tahu, ibu kalian ini sangat perhatian dan sayang sama kalian. Dia selalu cerita ke ayah bagaimana aktivitas kalian. Maafkan ayah kalau ayah selama ini tidak dekat dengan kalian. Kalian harus yakin, doa ayah selalu untuk kalian. Ibu kalian ini, dia akan panik kalau kalian udah tidur sekamar. Dia tahu itu artinya salah satu diantara kalian sedang ada masalah. Tapi dia gak pernah berani bertanya. Dia hanya berani cerita ke ayah dan ayah hanya akan menjawabnya dengan kalimat mereka pasti bisa menyelesaikannya."

Aku tertegun. Ternyata selama ini ibu tiri kami baik sekali. Bukan hanya sekedar baik. Aku gak pernah sadar akan hal itu. Aku yakin Rina pun merasakan hal yang sama denganku. Aku dan Rina sepakat, ketika ayah memutuskan menikah dulu, kami gak akan menghalanginya. Asalkan ibu baru kami baik dan tidak mengusik hidup kami, kami setuju. Namun ada satu hal yang baru aku sadari sekarang, kami sudah telat menyadari betapa baik dan perhatiannya ibu baru kami ini. Tanpa sadar aku meneteskan air mata.

Ayah melanjutkan,
"Ayah tahu kalian belum pernah berpisah sebelumnya. Ayah tahu perpisahan kalian ini berat dan kalian harus kuat melewatinya hanya berdua."

Ayah menghela nafas panjang.
"Restoran ini milik ayah. Ibu baru kalian yang meminta ayah membuat ini. Dia ingin melihat kalian bersama. Semua konsep desain dan promosi, ibu kalian yang atur. Dia tahu Rina suka dengan dunia promosi, marketing dan perfilman. Di sini sudah disediakan semua medianya. Kamu bisa shooting, mengatur apapun yang kamu mau untuk kamu promosikan Rin. Ibu kamu sudah menyiapkan kenalan orang TV untuk membantumu. Untuk Rani, ibumu tahu kamu suka memasak kan? Lihat saja ke dapur, semua desain dan perlengkapannya sudah disiapkan untukmu. Restoran ini mulai saat ini resmi jadi milik kalian. Silahkan kalian gunakan, berhentilah dari pekerjaan kalian saat ini dan bersama-sama membangun tempat ini. Sudah setahun terakhir restoran ini ada dan omsetnya bisa kalian cek nanti. Rani pasti paham kan dengan pembukuan?" Ayah menyudahi pembicaraannya.

Aku dan Rina berpandangan. Kami berdiri, mendatangi orang tua kami lalu memeluk mereka. 

Rindu. Sungguh aku rindu kebersamaan ini. Sudah lama sekali aku tidak memeluk orang tuaku. Aku menyayangi mereka dan sejak saat ini aku berjanji untuk selalu membahagiakan mereka. Mereka bertiga. Ya, ayahku dan dua ibuku. 😚







PS. Cerpen ini dibuat sesungguhnya waktu aku lagi kangen sama suamiku yang harus dinas sebulanan di Jakarta. Mungkin beberapa dari kalian yg baca atau yg terbiasa LDM dengan suami atau istri, ngelihat aku terasa alay. Aku tahu kalian orang-orang hebat yg pantang menyerah. Aku sedang berusaha kuat seperti kalian. Jalan kita semua berbeda, semoga kita semua selalu dalam kebahagiaan bersama keluarga kita. 😚😚

Senin, 20 November 2017

How cute he is

Betapa beruntungnya aku dan malam ini aku sadar satu lagi hal yg sangat sangat harus ku syukuri.

Selama empat hari kemarin (Kamis-Minggu) ceritanya Tasaka dijemput akung uti nya buat nginep di Ponorogo. Alasannya sih simpel, karena mama nya mau ada acara kantor di Jogja hari Sabtu-Minggu dan ayahnya di Jakarta sampe sebulan, Tasaka mau diajak liburan sendiri aja.

Alhasil selama 4 hari itu kami bertiga terpisah jarak Surabaya-Ponorogo-Jakarta dan sempet juga Ponorogo-Jogja-Jakarta.

Aku yang gak biasa jauh dari Tasaka, atau kira2 terakhir aku jauh waktu training di Palembang setahun yang lalu. Tiap hari pasti gantian aku yg nelponin Tasaka abis itu lanjut nelponin ayahnya. Hahahha ayahnya juga butuh ditelpon kan?
Kangen banget sama Tasaka loh. Tapi kayaknya dia disana hepi banget sampe2 pas ditanyain kangen mama apa ngga jawabannya nggak. Hahahha...

Malem ini, aku manggil tukang pijet. Badan udah remek aja rasanya, capek dan tanda2 flu mulai nampak. Pas pijetnya udah mau selesai, Tasaka yang udah gak sabar nungguin mamanya ikut nemenin di kamar. Gak tau gimana, tiba2 aku nyeletuk "iya kak mama sakit, ini dipijetin yaa.."

Guess what? Tasaka tiba2 bilang "mik obat maaa.." trus matanya berkaca2 dan sejurus kemudian dia nangis ngejer banget sambil megangin tanganku dan sedih banget kayaknya lihat aku dipijet karena sakit.

Aaahhh sayang, how cute you are. I love you to the moon and back my baby boy! 😘😘😘

Tumbuh jadi anak sholeh, sehat selalu, bahagia hidupnya, cerdas, selalu beruntung dan jadi orang kaya hati, kaya iman dan kaya harta ya nak. 😘😘😘