Rabu, 07 September 2022

Karena Kamu Gak Selamanya Prioritas

 Apa yg kamu harapkan dari orang terdekatmu? Entah itu suami, istri, orangtua atau anak2mu. Apakah menjadi prioritas utama yg kamu harapkan?

Kalau jawabannya ya, maka kamu salah besar. Mengapa? Karena setiap harapanmu pada mereka yg hanya manusia, sudah dipastikan akan kecewa akhirnya.

Nah, sudah tau akan kecewa, kenapa juga masih sedih kalau tidak dijadikan prioritas? 

Itulah hati. Manusia diciptakan dengan hati dan perasaan. Bahkan ketika kamu sadar dengan sebaik-baiknya kesadaran kalau kamu akan kecewa, kamu tetap memiliki harapan pada mereka. Entahlah, apa sebenarnya yang kamu mau walaupun kamu tahu jika kecewa itu akan selalu ada.

Mau selemah apapun kondisimu, ketika sakit, lelah, tidak berdaya, atau bahkan saat kamu sudah mengungkapkan perasaanmu, saat mereka tidak menjadikanmu prioritas, maka semua yang kamu ucapkan hanya akan sia-sia. 

Mau sampai kapan menangis dan kecewa? Bahkan kamu pun sudah bersujud dan meminta padaNya untuk dikuatkan. Lalu mengapa masih bersedih dan sesak di dada? Tidak perlu menunggu cinta dan perhatian dari manusia, percaya lah jika kamu kuat dan Allah yang akan menjagamu.

Berhenti menyalahkan mereka atas sikapnya. Berhenti menangis dan merasa sesak. Berhenti pula berharap agar mereka berubah dan menjadikanmu prioritas. Satu yang harus kamu sadari, kamu harus berdiri dengan kakimu sendiri bukan dengan bantuan kaki orang lain. 

Jadilah mandiri, jadilah kuat dan jangan lupa untuk terus minta dikuatkan olehNya.


Rabu, 7 September 2022

Ditulis ketika kamu sedang lelah dan butuh bantuan, namun yg kamu harapkan benar-benar tidak menjadikanmu sebagai prioritas. 

Mungkin bukan karena mereka tidak sayang, tapi karena mereka menganggapmu kuat. Maka, jadi kuatlah dan jangan cengeng. 


Minggu, 21 Agustus 2022

21 Agustus 2022

Ya Allah sudah lama ya gak coret-coret disini. Kadang ada rasa rindu, tapi banyak sedihnya kalau tiap buka blog. Kenapa? Karena pasti tujuannya mau curhat. Beneran deh.

Curhat sama Allah sudah, tapi pingin aja gitu tetep bisa nulis biar makin puas kan ya..hhe

Terkadang, kita lelah dengan keseharian kita. Terkadang, kita lelah dengan lingkungan kita. Setiap saat, setiap detik dan menitnya, kita dituntut untuk perhatian dengan lingkungan kita. Anak-anak, suami, orangtua, tetangga, saudara dan semua yang setiap harinya berinteraksi dengan kita. Ada yang harus kita jalankan dengan penuh perhatian setiap hari. Sampai kita lupa, mengapresiasi diri sendiri juga perlu. 

Terkadang kita ingat untuk mengapresiasi diri. Rencana sederhana sebagai bentuk apresiasi diri sudah dibuat, Qodarullah Allah selalu punya rencana yang lebih baik. Ternyata ada yang lebih membutuhkan perhatian kita, dan ternyata itu bukan diri kita sendiri. Marah? Bisa jadi. Kecewa? Tentu. Namun kita lupa, bahwa ternyata itu yang terbaik. Memberi perhatian pada orang lain lebih dulu daripada mengapresiasi diri sendiri.

Sampai akhirnya kita ingat, jika kita lupa bersyukur. Apa jadinya kita tanpa mereka? Yakin bahwa kita akan lebih siap hidup sendiri tanpa mereka suatu saat nanti? Yakin bahwa kita hanya perlu mengurus diri kita sendiri tanpa perlu memperdulikan mereka?

Jika sudah seperti ini, rasanya menjadi tidak adil jika saya marah karena belum sempat memberi apresiasi pada diri saya. Rasanya itu menjadi hal yang tidak penting lagi yang harus saya lakukan. Saya harus bahagia dengan dipercaya untuk membahagiakan mereka dimanapun kapanpun. Bismillah 😍

Selasa, 21 April 2020

Kartini

Hari Kartininya udah kemaren, baru nulisnya sekarang. Udah berasa jadi orang paling sibuk di dunia aja lah saya ini hhahaha. Bercanda ya..

Ngomongin soal Kartini, semakin kesini sudah terlalu banyak cerita dan kisah inspiratif yang beredar di luar sana tentang hebatnya seorang wanita yang terinspirasi dari sosok Kartini katanya. Mendadak jagad dunia maya selalu dihebohkan dengan tulisan-tulisan mengenai sosok "Kartini" jaman now. Kalau saya gak salah tebak, kalian semua pasti setuju kan dengan pendapat saya ini? 

Ternyata, jauh sebelum sosok Kartini lahir dan menginspirasi banyak wanita keren di Indonesia, ada sosok wanita yang juga tidak kalah keren dari Kartini. Siapa beliau? Siti Hajar. Sudah tahu kan ceritanya mengelilingi Safa Marwa demi mencari seteguk air pelepas dahaga? Lalu apa yang terjadi? Bayi mungilnya yang ternyata memberinya rejeki dari arah yang tak disangka-sangka. Saya bukan mau cerita sejarah ya, hanya memberikan sedikit tambahan cerita lain saja.

Masih tentang Hari Kartini, mungkin sekitar puluhan tahun kemudian setelah lahirnya Kartini, juga telah lahir sosok perempuan yang tidak kalah hebat bagi saya. Siapa dia? Ibu saya. Ah, di luar sana semua orang juga sudah banyak menulis tentang kehebatan ibu mereka masing-masing. Lalu apa istimewanya? Semua wanita selalu istimewa. Tidak ada wanita yang tidak istimewa. Kalaupun saya cerita tentang ibu saya, ceritanya pasti sama dengan cerita di luar sana. Bagaimana hebatnya ibu saya berjuang, kerja keras dan tetap berjuang mendidik anak-anaknya, dan masih banyak cerita hebat lainnya. Nah kan, hebat ibu saya?

Oke saya lanjutkan. Jadi sebenarnya saya mau nulis apa sih? Hha.

Saya mau cerita tentang kehebatan saya sendiri saja lah. Toh, menghargai apa yang sudah diri sendiri lakukan itu suatu hal yang penting. Kenapa? Ya supaya saya tetap termotivasi dan tetap semangat melakukan yang terbaik. Bener apa bener?

Saya istri dan ibu dua orang jagoan kecil usia 5 dan 1 tahun. Dulu, setelah lulus kuliah S1, cuma S1 nih gak lebih hahahaha, ibu saya pernah berharap saya melanjutkan jenjang S2 mencari beasiswa. Eh, bukannya nurut saya malah kerja dan gak lama setelah itu menikah. Sudah enak-enak kerja, eh malah resign dan sekarang cuma tidur-tiduran aja di rumah tiap hari sambil pegang HP jualan online. Apanya yang hebat? Katanya mau cerita kehebatan saya tadi? Ternyata cuma gitu aja. 

Iya, ternyata saya gak hebat ya. Cuma ibu rumah tangga, punya suami dan 2 orang anak, kerjaan setiap hari momong anak, beberes rumah kalo gak capek sambil nungguin ada yang bantu tiap hari, jualan online sambil tidur-tiduran, kalau weekend selalu nodong suami untuk jalan-jalan. Halah, standard uripku ternyata. Gak jadi hebat donk?

Yoweeesss rapopo gak hebat, saya memang bukan Kartini, Siti Hajar atau bahkan ibu saya. Saya gak bisa seperti mereka yang kuat dalam menghadapi hidup. Saya masih suka nangis kalau pas anak-anak rewel gak jelas atau suami sibuk sendiri jadi gak punya waktu buat saya. Hahahaha.

Saya cuma bisa belajar dan belajar buat jadi istri dan ibu yang baik dan bisa dibanggakan keluarga saya. Mudah-mudahan besok besok ada yang cerita tentang kehebatan saya ya 😉😉

Jumat, 21 Februari 2020

Mama, Jangan Sakit...

Pernah dengar pepatah bilang, "Ibu itu harus sehat. Ibu itu gak boleh sakit, bagaimanapun caranya."

Sekarang baru benar-benar merasakan efeknya.

Sejak punya 2 anak, saya pernah berjanji sama diri saya. Saya akan lakukan apapun semua sesuai kemampuan saya. Saya jaga anak-anak saya, saya bersihkan rumah saya, saya pel, saya setrika, memasak, saya harus tetap punya uang sendiri dengan berjualan online. Saya gak akan merepotkan orang lain, pun suami saya sendiri. Saya tahu suami saya bukan orang yg peka, bahkan cenderung tidak peduli jika tidak di"sentil".

Sampai akhirnya malam ini, 21 Februari 2020, saya tumbang. Tadi pagi saya ke dokter diantar suami dan anak-anak. Hasilnya? Saya positif tipes dan ada sedikit penurunan trombosit. Sudah tahu kan apa yg seharusnya dilakukan setelahnya? Istirahat total.

Rencana saya begitu, tapi kembali lagi. Ibu harus sehat, ibu harus kuat.

Saya sedang dilanda pusing berat saat ini dan suami saya terlelap di sebelah saya setelah lelah berolahraga. Saya tahu saya harus tetap sehat untuk anak-anak saya.

Mama, jangan sakit...kata-kata itu berulang kali diucapkan anak sulung saya yg berusia 4.5th. Aku sedih kalau mama sakit. Begitu tulus dia ucapkan sambil memijat tangan saya penuh mesra.

Ah, nak..kamu keren sekali. Mama pasti sehat, mama harus kuat 😊

Sabtu, 20 Oktober 2018

mine

Jadi kira-kira udah dua minggu ini jadi full IRT. Mau dikasih bocoran suka dukanya? hahahaha...

Setelah dirasa2in nih ya, jadi IRT itu luarbiasa bahagianya. Tiap saat tiap waktu bisa selalu sama anak, nemenin makan, mandiin, maen bareng, tidur bareng, sampe nemenin dia poop. Bahagia? Bangeettt..

Eh, tapi aku juga pernah jadi ibu bekerja loh. Ternyata setelah aku pikir lagi, pepatah yang bilang kalo ibu bekerja itu berarti gak sayang anak karena gak bisa nemenin anak kapanpun (macem penjelasanku diatas) bener-bener sadiisshh.. Kok bisaa? Heloouu percaya deh, ibu bekerja itu setiap menit waktunya pasti selalu inget anak. Trus kenapa kerja? Yaaa kita gak pernah tahu kan masing-masing kondisi keluarga seperti apa. Tapi kan suaminya bos? Heeii, suami bos tapi kalau masih ngijinin istrinya kerja why not? Walaupun bos kalau ternyata banyak nasib orang yang harus ditanggung gimana? Yee kan?

Trus IRT yang cuma di rumah ngurusin anak gak berguna donk? Gak bisa punya duit sendiri..Jadi kemana-mana harus sama anak. Kayak punya buntut. Duh jyeng, hari gini masih gak mau direpotin sama anak? Yaudah jangan nikah. Gak punya duit stress? Usaha donk. Banyak jalan kok buat dapet duit dan yang pasti seorang wanita yang udah memutuskan jadi IRT pasti punya tanggungjawab lebih lagi buat ngerawat anaknya.

Well, apapun keputusan seorang ibu kita tetep wajib hargai. Aku udah merasakannya. Semuanya nikmat, semuanya membahagiakan. Kunci utama ibu kan harus bahagia biar anaknya juga bahagia, Right?

Sabtu, 13 Oktober 2018

Harga Mahal

Hai! Namaku Tyas, biasanya juga dipanggil Tyas..hahahha gak mutu!

Oke, jadi gini ceritanya. Per tanggal 1 Oktober 2018 kemarin, aku resmi resign dari pekerjaanku. Tau pekerjaanku apa? Relationship Manager di salah satu Bank BUMN. Gajinya? Menurutku secara pribadi sudah sangat besar di usiaku yang masih 28 tahun. Kok bisa? Iya, dengan gajiku waktu itu aku bisa punya rumah dan mobil, bisa beli semua kebutuhan plus keinginan kadang tanpa pikir panjang. Keren kan? Keren banget menurutku waktu itu.

Sampai suatu hari, baby sitter yang aku percaya tiba-tiba pulang karena malam sebelumnya abis kena omel suami. Panik banget pagi-pagi udah persiapan berangkat kerja mendadak dia pulang. Anakku cuma dijaga sama dia di rumah. Akhirnya aku dan suami memutuskan bawa anak ke rumah orang tuaku. Sejak saat itu anakku dirawat orang tuaku selama aku dan suami kerja. Sudah hampir satu tahun rutinitas ini kami jalani.

Sampai akhirnya setelah pemikiran panjang dan mungkin sampai detik ini orang tua belum ikhlas, aku memutuskan resign. Kenapa? Aku sadar, di saat anakku sudah menginjak 3 tahun, aku hampir gak pernah masak untuknya selain waktu dia MPASI dulu. Aku sadar, aku terlalu lama acuh sama kebutuhan suami, seperti makanannya sehari-hari, baju kerjanya bahkan sampai kaos kaki. Bukan aku bermaksud mengumbar cerita keluarga, tapi justru ini jadi pukulan keras buatku sebagai seorang istri dan ibu. Hahahaha tiap hari yang terpikir cuma, "ibu macam apa aku?" sedih banget kan? Pikiran ini gak pernah bisa hilang dan selalu sukses bikin aku nangis.

Anakku yang udah makin pinter tiap hari sepulang aku kerja selalu nanya "mama besok kerja?" "iya donk sayang. Besok pagi mama kerja lagi" "mama jangan kerja, nanti xxx sedih kalo mama kerja" hahahaha
 Malemnya aku nangis. Gitu aja terus sampe hampir setahun.

Alhamdulillah sekarang aku sudah di rumah. Belajar masak dan selalu menyiapkan diri melihat tumbuh kembangnya. Gak lupa, belajar bikin sambel yang enak buat ayahnya. Hahahha.

Ada perasaan nyesel? Entah kenapa aku sama sekali gak nyesel dan gak sedih kehilangan gajiku. Aku justru bahagia sekali saat ini dan mudah-mudahan akan selalu begitu. Aamiin... 😊😊😊

Selasa, 03 Juli 2018

Hembusan Angin

Pernah tahu rasanya tak dihiraukan? Kira-kira mirip hembusan angin. Tiap detik selalu ada tapi kita gak sadar kalau dia ada. Bener?

Gimana ya kira-kira perasaan angin. Dia adalah zat yang sangat berguna, sangat dibutuhkan bahkan tanpanya pasti banyak manusia terluka. Mungkin kalau angin bisa bicara, dia akan ungkapkan semua perasaannya.

Sebaiknya memang kita harus menyadari siapapun yang saat ini di dekat kita. Kita tidak pernah tahu ketika dia pergi, apakah kita akan merindukannya, akan terluka atau bisa jadi kita justru semakin bahagia? hehehhe

Well, semoga mulai saat ini kita semakin menghargai angin. Semoga mulai saat ini kita senantiasa menghargai orang terdekat kita. Tetap positif, tetap bahagia. Salam sayang dari saya yaa 😘😘😘

Rabu, 30 Mei 2018

31 Mei 2018

Dari semalem mendadak aku gak bisa tidur. Sebenernya sudah aku sampaikan sejak seminggu lalu, tapi hari ini aku gak akan cuma menyampaikan, juga harus menyerahkan secara tertulis.

Mantap sih! Aku yakin Allah selalu ada dan siap membantu kami. Atau aku pribadi. Aku sudah siap dengan semua perubahan yang mungkin akan terjadi. Gpp, aku percaya niat baik akan menjadi baik.

Pernah denger cerita karyawan yang tiba-tiba resign saat karirnya lagi bagus? Aku belum sebagus itu sih, hha, tapi aku tahu tahun lalu penilaianku bagus. Tahun ini pun begitu seharusnya. Gimana donk? Jadi galau. Nope. Maju terus. Aku harus cari kehidupan yang lebih seimbang. Aku pengen jadi istri dan ibu yang baik buat keluarga.

Gampang ya ngajuin gitu? Nggak! Justru sulit dan berat banget rasanya. Maju-mundur-maju-mundur hampir setengah tahun sampai akhirnya mantap. Kok bisa? Mau resign aja sok-sokan dipikir banget? Hha! Kalau mau diceritain nanti dikira sombong. Tapi bener lho, penghasilanku sekarang belum lagi masih ada tanggungan hutang gak membuat itu semua jadi gampang. Ya kan?

Harus siap dengan kehidupan baru yang mungkin gak semudah dulu tiap mau beli sekedar bedak pun. Tapiiiii, kita gak pernah tahu kan apa yang akan Allah kasih setelah ini. Trus harus ngapain? Tugasku setahuku setelah ini tetep ikhtiar, tawakkal dan harus yakin sama jatah rejeki yang sudah Allah tetapkan. Gimana caranya? Ya tetep cari uang. Cari uang gak harus kerja di kantor kan? kerja di kantor pun gak harus berangkat pagi buta pulang larut malam kan?

Ada rasa lega yang harus aku bayar ke depan. Semoga Allah senantiasa menuntun kami dan senantiasa memberikan hadiahNya untuk kami. Aamiin..