Rabu, 25 Oktober 2017

Untuk yang Pertama

Ini ditulisnya pagi2 pas lagi di kantor dan pas banget baru aja kejadiannya tadi sebelum berangkat kerja.

Jadi ceritanya aku yang lagi mandangin dia tidur, udah dicium2in udah dipeluk2in tetep aja gak bangun. Akhirnya aku mandi, belum sempet mandinya dia bangun. Akhirnya aku uyel2 dulu di kasur aku bilangin kalo mama mau mandi ya, mau kerja.

Di luar rencana, tiba2 dia nyeletuk. Ini celetukan yang bener2 pertama kalinya dan bener2 bikin panas ati.

"Mama jok jaaa" means "mama ojok kerja"

Aahh siapa yang ngajarin dia ngomong kayak gitu? Kenapa tiba2 banget dan bener2 pertama kalinya dia bilang gitu. Langsung gak kuat, aku mewek. Awalnya cuma mewek, lama2 nangis ngejer di depan wajahnya.. sambil nangis sambil air mata keluar terus, dia berusaha ngusapin dan ketawa2. Ah, makin gak brenti nangis walopun sambil ketawa2 nguyel2 dia.

Doakan ya sayang, someday..cepat atau lambat, doakan mama mu ya nak.

Senin, 16 Oktober 2017

Rosa (Cerpen Menjelang Tidur)

Rosa sedang asyik mengetik di depan komputernya saat tiba-tiba ada suara-suara ramai di sekitarnya. Dia berdiri sebentar, melihat kerumunan orang yang entah apa yang sedang dibicarakan, lalu memutuskan duduk kembali.

Tiba-tiba Surya mendatanginya dan berucap, "Ros ada anak baru tuh. Cowok cakep dan kayaknya smart. Lagi di ruangan Bos tuh, gak kesana juga?"

Rosa menoleh sebentar, lalu berbalik badan lagi menghadap komputer sambil menyahut, "Aduh Yaakk, ntar juga dia keluar sendiri kan. Masih bayak pendingan nih gak kelar-kelar,"

Surya menyerah. Rasa-rasanya ini sudah lebih dari 5x teman-teman Rosa berusaha mencarikannya jodoh. Tapi entah kenapa Rosa tidak pernah sekalipun tertarik pada laki-laki pilihan teman-temannya.

Rosa adalah seorang perempuan riang, pekerja keras dan sangat supel. Kalau bicara soal prestasi, sebenarnya Rosa tidak bagus-bagus amat. Usianya 25 tahun dan teman-temannya selalu penasaran, melihat tingkah Rosa yang sangat supel kenapa sama sekali tidak ada pacar di hidupnya? Bahkan Rosa sangat tertutup untuk satu hal itu, sekalipun itu pada sahabat perempuannya.

Setelah kurang lebih 15 menit berlalu, anak baru itu keluar juga dari ruangan Bos. Diajaklah dia berkeliling kantor sambil dikenalkan dengan seisi warga kantor, tentunya tak terkecuali Rosa.

"Awan," katanya sambil menjulurkan tangan ke Rosa.

"Hai Awan. Aku Rosa. Salam kenal," Rosa membalasnya dengan senyuman.

******************************************


Sudah 6 bulan ini Awan bekerja di kantor Rosa. Rosa yang memang merupakan seorang yang supel dan banyak teman, mudah saja akrab dengan Awan.

Sudah seminggu ini Rosa sering diantar pulang Awan. Sesekali sambil mampir makan malam. Awalnya biasa saja sampai akhirnya Rosa menaruh kagum pada sosok pria itu.

"Aku emang suka sekali baca, apapun sih sebenernya. Bukannya sombong, aku pernah bikin suatu laporan yang belum pernah dibikin sama temen-temen sekantor. Akhirnya laporanku itu dijadiin acuan dan dipatenkan sama bosku, semua juga harus ngelakukin hal yg sama. Eh, gak lama dia resign, aku dapet tawaran disini. Yaudah pindah juga deh, hahahaha," Awan bercerita.

Rosa menatap mata temannya itu, entah kenapa muncul perasaan kagum pada sosok pria itu. Tapi Rosa takut. Takut kembali seperti dulu.


Hubungan mereka semakin dekat. Awan semakin sering mengajak Rosa keluar. Bahkan weekend pun tak jarang Awan mengajak Rosa nonton. Well, sejauh ini hubungan mereka masih sekedar teman.

Lama kelamaan Rosa mulai panik. Entah kenapa, dia merasa terkadang Awan begitu perhatian. Tapi setengah jam kemudian Awan bisa berubah jadi sosok yang sangat dingin dan jutek kalau diajak ngobrol.

Kali ini Rosa sudah mulai terjebak cinta. "Ah, kalau toh dia suka kenapa cuma gini-gini aja hubungan kita? Masak iya aku harus memperjelas? Duh!"

******************************************

Minggu siang.

Rosa yang sedang tiduran di kamar kosnya tiba-tiba dapat telpon dari nomor tak dikenal. Penasaran, diangkat aja telpon itu siapa tahu dari klien kerjanya.

"Halo ini bener nomernya Rosa?" Tanya suara di seberang telepon.

"Iya, maaf ini dengan siapa ya?" Rosa menjawab.

"Ini Danu. Masih ingat?"

Rosa diam. Dia kaget. Kenapa bisa tiba-tiba muncul lagi sosok ini, batinnya kesal.

"Ros..kamu masih di sana kan?"8
Rosa diam saja.

"Ros, aku di depan kos kamu. Keluar donk plis."

Buru-buru Rosa menutup telponnya. Dia bangkit dari kasur, cepat-cepat berdiri dan reflek bersolek sedikit dengan bedak dan lipstik tipis.

Rosa membuka pintu kosnya dan dilihatnya sosok yang sudah lama sekali tidak dia temui. Muncul perasaan rindu yang menyesakkan. Danu. Laki-laki yang pernah mengisi hidupnya selama hampir 5 tahun sampai tiba-tiba Danu menghilang. Hanya ada pesan singkat di HP Rosa kala itu yang mengatakan kalau Danu harus ke Jakarta dan tidak bisa meneruskan hubungan mereka. Kali ini Danu datang lagi di hadapannya.

******************************************

Rosa bingung. Danu semakin dekat setiap harinya. Apapun yang Rosa butuhkan entah mengapa Danu selalu ada. Seperti siang ini. Danu sudah siap di depan kantor Rosa untuk menjemputnya. Rosa harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya dan pergi ke rumah saudaranya yang mendadak butuh bantuan. Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 dan Rosa mulai berbenah. Dia berniat untuk ijin pulang cepat hari ini. Rosa pun udah membawa tas dan berjalan menuju ruang kerja bos.

"Pak, saya ijin pulang cepat hari ini ya Pak mendadak ada Saudara yang butuh bantuan saya," ucap Rosa.

Bos Rosa rupanya sedang berbaik hati dan mengijinkannya untuk pergi. Saat kelua dari ruangan Bos, tiba-tiba Awan mendekatinya dan bertanya

"Ros, mau kemana? Kok panik gitu kayaknya."

"Iya nih, saudaraku sakit mau minta anter ke dokter. Maklum dia di sini sendiri, sama-sama perantau kayak aku."

"Oh gitu. Yaudah ati-ati ya," Awan tersenyum tulus.

"Okee," balas Rosa.

"Eh Ros. Ntar malem temenin aku cari kado yuk buat adekku. Aku gak paham nih kalau cewek kayak gimana kadonya."

Sejurus kemudian Rosa terdiam, lalu mengangguk. Dia tahu siang ini keluar dengan siapa dan nanti malam dengan siapa. Tau ah, mau sama sapa aja bebas, pusing juga kalau kayak gini.

"Oke beres, nanti wa ya," Rosa pun pergi dan berjalan cepat keluar kantor.

Malam harinya Rosa dan Awan sepakat bertemu di salah satu mall di kota itu. Mall nya tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk berbelanja dan makan.

Awan mengajak Rosa makan di salah satu cafe dengan ukiran kayu. Tempatnya romantis dan di setiap meja ada lilin dan bunga mawar kecil yang menghiasi. Ditambah lagi dengan alunan live music malam itu semakin membuat suasana romantis.

"Kok ngajakin ke tempat beginian sih? Tumbenan."

"Hahahaha kenapa gak suka ya?" Awan menimpali.

"Bukaann. Maksudku kenapa tumben banget gitu ngajakin makan di tempat begini, kayak ngajak pacarmu aja sih," Rosa mencoba memancing. Terus terang Rosa memang penasaran dengan teman kerjanya satu ini. Kadang baik kadang jutek tapi kalau Rosa butuh bantuan mendadak dia selalu bisa ngasih solusi. Well, sejauh ini bantuannya emang seputaran kerjaan kantor aja sih.

"Gak ada apa-apa sih Ros cuma pengen aja gitu sesekali nongkrong di tempat macem gini," Awan terlihat agak canggung sambil sesekali merubah posisi duduk dan memain-mainkan bungkusan kado untuk adiknya.

Rosa menghela nafas. Dalam hati dia sebel, tuh kan nih orang emang aneh.

"Hhmm oke, yaudah yuk makan."

Karena sebel, Rosa pun memakan hidangannya tanpa sedikitpun berhenti. Rosa masih belum paham dengan sikap Awan. Beda sekali dengan Danu. Beberapa hari lalu Danu mengajaknya balikan, tapi Rosa masih belum yakin. Hatinya masih sakit dengan sikap Danu dulu. Sekarang ada sosok laki-laki baik, smart dan penyayang keluarga di depannya. Tapi Rosa gak pernah tahu apa yang ada di hati laki-laki di depannya itu.

******************************************

Rosa kembali berkutat dengan kerjaan. Dia sedang berusaha melupakan dan mengesampingkan sosok lelaki. Kali ini dia kesal. Tidak tahu harus bagaimana dengan Danu. Di satu sisi Rosa berharap Awan suka dengannya dan mengakui itu. Tapi tidak pernah sedikitpun Awan bicara soal hati pada Rosa.

Hari sudah gelap. Kali ini Rosa naik ojek ke kantor. Semua pekerjaan hari ini sudah diselesaikan dan Rosa bersiap pulang. Saat sedang asyik memesak ojek online, tiba-tiba Awan datang.

"Ros, pulang bareng aku aja. Aku juga mau balik nih."

Belum sempat Rosa menekan tombol "search driver", dia mengangguk. Rosa akan mencobanya lagi siapa tahu kali ini Awan akan menyampaikan sesuatu.

Rosa berjanji pada dirinya, kalau memang nanti Awan tetap sama seperti Awan kemarin, dia akan pergi. Tidak ada lagi nama Awan dalam hidupnya.

Mereka sedang asyik ngobrol soal kerjaan saat tiba-tiba Awan mendapat telepon. Sekilas terdengar sebelum Awan pamit untuk mengangkat, ada suara perempuan di seberang sana. Rosa terdiam.

Awan kembali ke meja dan wajahnya terlihat panik.

"Kenapa sih?" Tanya Rosa.

"Ah, itu gpp kok. Adik tadi yang telpon."

"Bohong. Siapa sih? Kalau adik kok panik gitu wajahmu? Kamu kenapa sih sebenernya? Aneh." Rosa mulai kesal.

"Kamu mau tahu yang sebenernya?"

"Ya terserah sih. Kalau kamu mau berbagi cerita hidup gpp kalau nggak juga gpp. Toh selama ini emang kita cuma sebatas temen kantor dan pembicaraan kita pun soal kerjaan kan."

Awan menatap Rosa tajam. Semilir angin di warung tenda malam itu terasa makin menusuk di badan Rosa. Awan menghela nafas panjang dan akhirnya berkata,

"Kamu mau nikah sama aku?"

Rosa panik. Kok? Kenapa jadi gini?
Tatapan Awan makin tajam. Tatapan ini yang memang membuat Rosa selama ini selalu meleleh. Awan terlihat begitu tenang dan mendamaikan. Ah, tapi kenapa tiba-tiba. Bahkan Awan gak pernah sekalipun bilang sayang padanya.

"Ini maksudnya gimana sih? Bercanda ah."

"Ini ibuku pengen ketemu kamu sekarang. Kalau kamu mau nikah sama aku, aku ajak kamu ke rumah sekarang. Kalau nggak, aku bilang sama ibuku nanti kuajak wanita lain ke rumah."

"Tapiii.. kamu kan belum kenal aku banget Wan?"

"Siapa bilang belum. Kamu hobinya olahraga, supel, bisa ngaji, sholat 5 waktu, punya banyak cita-cita dan harapan, cerdas, mandiri dan yang paling penting kamu bisa diandalkan. Dan aku mengandalkan kamu buat jadi ibu anak-anakku besok."

Rosa kaget. Ini benar-benar tidak ada dalam rencana hidupnya. Baru saja dia merencanakan untuk meninggalkan Awan dan kembali pada Danu.

Sunyi. Rosa tenggelam pada pikirannya sendiri. Awan masih terus menatapnya. Awan tidak pernah sekalipun menyakiti Rosa. Memang dia terkadang ada terkadang tidak, tapi Awan akan siap ketika Rosa butuh bantuan. Tidak sekalipun juga mereka membahas soal hati atau percintaan, Awan sangat tertutup untuk yang satu itu. Rosa pun tidak ingin membagi kisahnya dengan Awan.

Bagaimana mungkin Awan tiba-tiba mengajaknya menikah.

Cukup lama Rosa terdiam sampai akhirnya dia menggeleng.

Awan terkejut. Dia menundukkan kepala.

"Maaf ya Ros kalau begitu. Aku harap ini gak akan mempengaruhi hubungan pertemanan kita di kantor."

"Iya. Aku juga minta maaf ya. Aku gak nyangka kalau akan seperti ini."

"Aku udah lama suka sama kamu. Aku selalu merhatiin setiap langkahmu. Aku tahu kamu sekarang diajak balikan sama mantan kamu. Aku bahkan tahu kemana kalian sempet keluar bareng. Aku juga tahu kamu anaknya gampang banget mengungkapkan perasaan. Tapi aku suka, kamu jujur."

Rosa berdiri. Membawa tasnya lalu menggandeng tangan Awan.

"Oke, kalau gitu ayo kita ketemu ibu mu. Aku gak akan bisa nolak diajak nikah sama pria yang aku idam-idamkan bukan?" Rosa tersenyum.

Mereka menyusuri malam itu bersama. Menuju rumah Awan untuk melangkah ke jenjang selanjutnya.

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤