Kamis, 05 Agustus 2010

Cerpen ceritapendek

Lina sedang menunggu ibunya kontrol ketika tiba-tiba ada suara gaduh di belakang kursi tunggu tempatnya duduk. Sama seperti orang-orang, ia pun tidak mau melewatkan momen itu. Bergegas ia menuju keramaian dan terlihat sepasang suami istri sedang bertengkar. Sang istri berkata, “Dia anakku, dan kamu bukan ayah yang bertanggungjawab karena sudah membuatnya seperti ini.”

Lina tahu masalah yang sebenarnya, rupanya mereka saling menyalahkan dengan kondisi anak mereka yang sekarang tidur tak berdaya tak jauh dari tempat mereka bertengkar. Lina mempercepat langkah menemui anak kecil itu. Terlihat anak itu terbujur tak berdaya sambil mengerang kesakitan, sedangkan darah terus mengucur dari lututnya. Ia mendekat. Terlihat anak itu menangis melihat orangtuanya bertengkar, bukannya menemaninya. Tak seorangpun menemani anak itu. Lina mendekat, dan menjongkok untuk dapat melihat lebih dekat wajah anak itu.

Lina mencoba mengajaknya berbincang hingga anak tersebut dapat menyunggingkan senyum. Aaahhh leganya melihat orang lain tersenyum, batin Lina. Mengapa orang-orang itu malah bersikap seperti anak kecil? Anak ini tidak butuh pertengkaran mereka! Lina berdiri dan meninggalkan anak itu lalu menuju kerumunan orang yang menyaksikan pertengkaran suami istri tadi.

Dengan tenang ia masuk ke tengah kerumunan, dan berkata, “Pak,Bu apakah pertengkaran kalian membawa hasil?Tidakkah kalian melihat putra anda berdua disana terbujur lemas melihat ini semua?” Kedua orang itu menoleh dan sesegera mungkin menghampiri anak mereka. Tepat saat mereka tiba, dokter yang ditunggu tiba dan orang-orang membubarkan diri.

Lina tersenyum. Anak kecil itu telah mendapat kebahagiaannya. Setelahnya, ia kembali duduk di bangku semula. Kali ini tepat di depannya terlihat seorang ibu sedang menyusui anaknya. Hanya sebentar, karena anak itu menangis kencang dan si ibu menimang-nimang sambil sesekali mengusap keringat yang menetes didahinya.

Sungguh ironis! Seorang ibu yang dengan sejuta cinta meliknya diberikan gratis untuk anaknya, namun kedua orangtua tadi malah menyia-nyiakan anak mereka sendiri. Tepat setelah pikiran itu melintas dan mengisi hatinya untuk sesaat, orangtua Lina keluar ruangan sambil berpelukan mesra layaknya sepasang kekasih yang dimabuk asmara. Lina menghampiri mereka dan memeluknya. Orangtuanya sempat bingung, namun Lina tak peduli bahkan dengan beberapa tatapan mata di ruangan itu. Ia tersenyum.

Senyumnya tertuju pada seorang anak lelaki yang kini sudah duduk di kursi roda dengan kaki diperban dan kondisi yang lebih baik. Di samping anak itu, terlihat orangtuanya menemani dengan penuh kasih sayang. Mereka tersenyum dan Lina meninggalkan tempat itu dengan sejuta pelajaran berharga untuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar